Selamat Datang...!!!! Semoga Bermanfaat...

Selamat Datang...!!! Semoga Bermanfaat...!!!

ARTIKEL

Sebab-Sebab Perselisihan

Akhir-akhir ini pemberitaan dimedia cetak,radio maupun elektronik sering memuat perselisihan baik yang dilakukan secara sendiri mapun secara massal. Nampaknya rasa persaudaraan, rasa saling menghargai, saling menghormati cuma tinggal slogan yang ditulis rapi dibuku-buku tentang norma keseharian.
Sedih memang, tapi apa daya ternyata hanya bisa melapangkan dada sambil mengucap do’a kepada yang Allah SWT. yang berkuasa saja tak berdaya apalagi yang hanya sekedar rakyat biasa.
Berbagai cara pun dilakukan tetapi tetap saja terjadi apa yang semestinya tidak terjadi. Berikut ini beberapa hal yang bisa menyebabkan perselisihan, jika sudah tahu sebaiknya dihindari agar negeri kita ini tak amburadul terkoyak karena polah kita sendiri..
1. Saling mengolok
Tanpa kita sadari mengolok orang lain ternyata bisa menyakitkan hati orang lain. Kok tahu? Ya, coba saja suruh oranglain mengolok diri kita dengan yang tidak kita sukai..dan rasakan bagaimana rasanya.
2. Saling mencela
Mencela..hmm..sadar ga sich terkedang sekejap saja dengan atau tidak kita sadari kita sdh mencela oranglain..makanya hati2 disaat berkata..eh juga saat bercanda lho…
3. Memanggil dengan panggilan yang buruk
Yang satu ini sich sering dilakukan dengan maksud bercanda..eh ternyata teman atau orang lain jadi tersinggung
4. Berprasangka
Lebih baik diam daripada kecebur kali…ga baik menduga-duga apa yang akan/telah terjadi..ga berani Tanya ya..mending diem pura2 ga dengar
5. Mencari-cari kesalahan
Gajah dipelupuk mata ga kliatan…semut diujung kulon nampak seperti gajah…
6. menggunjing
ibarat memakan bangkai teman sendiri..tega bener…
kalo sudah tahu…hmm up to you..sak karepmu…


Guru yang tidak sekedar Guru.
Guru adalah orang yang memegang suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa akan mengabdikan dirinya untuk mendidik. Mendidik adalah suatu perbuatan yang dikerjakan secara sadar dan terencana memberikan, mentransfer, memindahkan ilmu yang dimiliki serta dikuasainya kepada peserta didik. Dengan demikian orang yang sudah menyatakan dirinya mengabdi untuk pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar atas keberlangsungan, kesinambungan dan perkembangan dunia pendidikan. Tanggung jawab ini bisa jadi tidak terikat oleh tempat, sebab dimanapun kita tinggal maka disitu kita bisa melakukan kegiatan pendidikan.
Saat ini dan yang akan datang diperlukan guru tidak hanya berfungsi sebagai pemindah pengetahuan dari guru atau pendidik kepada peserta didik. Guru harus mempunyai kemampuan menjadi motivator atau pendorong kepada peseta didik untuk mendapatkan ilmu yang lebih sehingga ilmu yang didapat tidak hanya yang diberikan oleh guru tetapi berkembang dan melebihi apa yang diberikan oleh guru. Guru memberikan fasilitas dan alat agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya disekolah disaat peserta didik telah keluar dari lingkungan sekolah setelah jam pelajaran selesai. Motivasi disini adalah motivasi dalam berbagai bentuk dan pengertian yang relevan dengan proses belajar mengajar, baik itu motivasi bawaan maupun motivasi bentukan.
Mewujudkan hal itu tentu seorang guru harus mempunyai kompetensi sebagai seorang motivator. Hal ini dapat diperoleh melalui training-training motivasi yang berkaitan dengan pendidikan. Ataupun usaha-usaha lainnya seperti membaca dan bisa jadi secara khusus belajar tentang motivasi. Bisa kita bayangkan jika seandainya guru tidak mampu berperan sebagai motivator maka peserta didik hanya akan berhenti pada ilmu yang didapatkan saat endidik memberikan. Adanya keterbatasan waktu juga menjadi masalah tersendiri, terkadang ada beberapa materi yang tidak bisa diberikan oleh pendidik karena keterbatasan waktu membersamai peserta didik.jika hal ini yang terjadi maka kondisinya adalah bukan perkembangan ilmu pengetahuan, melainkan pemunduran ilmu pengetahuan. Sebab itu diperlukan seorang pendidik yang mampu memberikan motivasi kepada peserta didik untuk bisa mengembangkan ilmu yang didapatnya saat disekolah.
Setelah mampu menjadi motivator yang baik bagi anak didiknya, seorang guru harus mampu menularkan sikap optimis kepada peserta didik. Diharapkan hal ini akan memacu sikap positif peserta didik terhadap materi-materi yang mungkin kurang disukai. Seorang peserta didik yang mendapatkan sikap ini akan selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik, Sebaliknya jika peserta didik ini sudah terlebih dahulu dihinggapi perasaan negatif terhadap materi-materi yang mungkin kurang disukainya dia akan dengan mudah untuk menyerah pada saat dia mendapatkan sebuah pertanyaan yang sedikit sukar. Hal ini tentu akan menghambat tercapainya tujuan dari diberikannya materi tersebut. Misalnya seorang peserta didik lemah dalam bidang matematika, maka pendidik harus mampu menanamkan sikap optimis pada peserta didik tersebut bahwa sebenarnya peserta didik itu mampu menyelesaikan persoalan pada pelajaran matematika. Ini diperlukan agar sikap pesimis yang terlanjur bersemayam dalam diri peserta didik tersebut tidak berlanjut dan akhirnya menghambatnya untuk belajar, digantikan dengan sikap optimis bahwa sesungguhna dia mempunyai kemampuan dalam bidang matematika.
Begitu pentingnya sikap optimis ini, sehingga seorang guru harus menghindari kata-kata yang memancing dan menimbuulkan rasa putus asa dari peserta didik. Hal ini harus kita pahami karena peserta didik biasanya akan membandingkan kemampuannya dengan kemampuan dari pendidik. Bagaimana mungkin seorang peserta didik mampu menyelesaikan sebuah persoalan jika guru yang tentu mempunyai pengalaman dan ilmu yang lebih juga tidak mampu. Jikalaupun seorang pendidik juga mendapatkan kesukaran maka harus disikapi dengan perkataan dan tindakan yang tidak menimbulkan hilangnya rasa optimisme dari peserta didik.
Menjadi pendidik yang mempunyai kompetensi sebagai motivator dan menularkan sikap optimisme pada peserta didik bukan hal yang mudah. Paling tidak ada dua persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang Pendidik. Pertama; seorang pendidik harus mempunyai kompetensi dalam bidang keilmuannya. Hal ini sangat penting karena sebelum mengajarkan kepada peserta didik sebaiknya pendidik harus menguasai materi pokok dan materi tambahan serta materi pengayaan. Jika seorang pendidik tidak menguasai materi yang akan disampaikannya yang terjadi adalah miskinnya atau sedikit hal yang akan disampaikan kepada peserta didik, hal ini menyebabkan yang sampai kepada peserta didikpun juga teramat sedikit. Biasanya pendidik yang tidak menguasai materi akan menggunakan kesempatan atau jam pada jadwal selanjutnya untuk menyampaikan apa yang sebelumnya tidak disampaikan karena tidak menguasai materi. Implikasi dari hal ini diantaranya akan mengulur waktu pencapaian materi, tersendatnya transfer ilmu dan alat mendapatkan ilmu kepada peserta didik, semakin lama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kedua; Sikap percaya diri. Sikap ini mutlak dimiliki oleh seorang pendidik dari semua tingkatan, dari guru Pendidikan Anak Usia Dini,Sekolah Dasar sampai dengan Dosen perguruan tinggi. Selain berkewajiban mempunyai sikap percaya diri, pendidik juga harus menanamkan sikap ini kepada peserta didiknya. Kedua hal yaitu kompetensi dan percaya diri dalam dunia pendidikan tidak bisa dipisahkan, keduanya saling berhubungan erat baik jika hal itu terdapat pada peserta didik maupun jika terdapat pada pendidik.
Sebuah ilmu terkadang tidak didapatkan dibangku akademik ataupun dengan membaca buku ataupun sebuah seminar. Sebuah ilmu terkadang bisa didapatkan dengan mengamati, meniru dan berbagi pengalaman dengan orang lain atau guru lain. Utamanya yang berkaitan dengan penyelesaian kasus-kasus yang dihadapi saat berhadapan dengan peserta didik. Mengamati, yang dimaksud disini adalah bila guru mempunyai teman atau rekan yang juga sama-sama mengajar tetapi kita rasakan dia lebih memiliki kemampuan daripada kita. Tidak ada salahnya jika kemudian belajar dari guru tersebut, mengamati strategi serta metode saat mengajar kemudian jika kita mampu dan sesuai dengan materi yang kita sampaikan kemudian kita tirukan. Jika saat sekarang belum mampu maka harus kita niatkan suatu saat akan mampu melakukan apa yang dia lakukan. Seorang guru atau pendidik yang tidak mau belajar lagi baik dari orang lain maupun melalui program khusus peningkatan skill, maka akan terjadi stagnasi pada pendidik tersebut. Bila terjadi stagnasi maka guru akan mudah dihinggapi rasa bosan dalam mengajar, belum lagi peserta didik sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh pendidik tersebut kepadanya. Ini akan menimbulkan sikap yang menyederhanakan dan membuat peserta didik tidak berselera untuk menikmati materi yang akan disampaikan.
Do’a merupakan bentuk amal yang paling spesifik, manusia yang memanjatkan do’a harus mengikhlaskannya hanya kepada  Tuhan nya dalam berdo’a manusia tidak boleh menyekutukan dengan sesuatu apapun. Tidak ada sesuatu yang lebih mulia dibandingkan dengan do’a. Guru hanya bisa berusaha untuk menjadikan peserta didik menjadi manusia seutuhnya sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Sekuat apapun seorang guru untuk berusaha mewujudkan tujuan pendidikan nasional jika Tuhan tidak menghendaki maka semua itu tidak akan terwujud. Kedekatan manusia atau seorang guru dengan Tuhannya, akan mempengaruhi dikabulkan do’a tersebut, jika do’a membutuhkan kedekatan dengan Allah maka sewajarnya bila manusia dan juga guru untuk selalu dekat dengan Tuhannya.
Bagaimanapun juga manusia hanya bisa merencanakan sedang Tuhan yang akan menentukan berhasil atau tidaknya sebuah rencana. Akan tetapi manusia dan juga guru yang tidak bisa atau enggan merencanakan sesuatu maka sebenarnya dia telah gagal. Gagal sebelum sampai pada batas kemampuan yang dimiliki oleh manusia.
Guru harus menyadari akan posisi dan perannya dalam mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Guru harus mampu memberikan motivasi lebih kepada peserta didik untuk mengembangkan ilmu yang didapatnya, tidak selayaknya seorang guru malah memberikan aura yang pesimis terhadap pencapaian ilmu kepada peserta didik. Namun hal ini membutuhkan persyaratan pendukung berupa kompetensi seorang guru juga rasa percaya diri seorang guru akan kemampuan yang dimilikinya. Guru juga berkewajiban meningkatkan keilmuan yang dimilikinya, bisa belajar secara akademik maupun melakukan penelitian-penelitian kecil yang berkaitan dengan pendidikan dan lebih spesifik terhadap keilmuan yang diampu. Sesekali diperlukan oleh seorang guru untuk bisa berbagi pengalaman dengan guru yang lain, ini akan menambah keterampilan dan pengetahuann guru dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang mungkin akan dialaminya. Berdoa, karena guru juga manusia yang punya batas kemampuan merencanakan dan berusaha melaksanakan apa yang direncanakan sedangkan keberhasilan tentu ada ditangan Tuhan. Selalu yakin dengan apa yang dilakukan dan diiringi doa akan mendekatkan keberhasilan mencapai tujuan akhir pendidikan, mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya.