Turunnya survei Demokrat juga disebabkan ketidakhadiran Nazaruddin dalam panggilan pertama Komisi Pemberantasan Korupsi. Nazaruddin tidak memenuhi panggilan pada Jumat 10 Juni lalu sebagai saksi dalam kasus pengadaan barang di Kementerian Pendidikan Nasional senilai Rp142 miliar pada tahun 2007.
Ketidakpulangan Nazaruddin ke Indonesia berdampak ke partai. "Isunya mudah digoreng. Sekarang ini semua orang goreng isu itu," kata Denny. Keberadaan Nazaruddin membuat banyak orang menduga-duga.
"Tidak pulang atau tidak dibawa pulang. Kita semua tidak tahu, apa rahasia yang dipegang dia (Nazaruddin)," ucapnya. Disinggung soal kepulangan Nazaruddin, menurut Denny ada dua kemungkinan. "Bisa seperti Gayus atau seperti Nunun," kata dia.
Salah satu penebab lainnya, Demokrat juga tersandung masalah kaderisasi partai. Demokrat memang sebuah partai yang besar, tapi kebesaran Demokrat dinilai belum kokoh. "Ibarat anak dia bongsor, besar tetapi belum matang sebagai pribadi," kata Denny.
LSI mencatat, sebelum muncul kasus korupsi yang dituduh melibatkan Nazaruddin, dukungan atas Demokrat masih paling tinggi (20,5 persen menurut survei Januari 2011). Namun setelah kasus Nazaruddin mencuat, dukungan itu jatuh 5 persen poin menjadi 15,5 persen.
Jika pemilu diadakan sekarang, LSI mengungkapkan, Partai Golkar akan keluar sebagai pemenang dengan perolehan angka sebesar 17,9 persen, diikuti Partai Demokrat 15,5 persen, dan PDI Perjuangan 14,5 persen. Survei dilakukan kepada 1.200 responden pada 1-7 Juni 2011 dengan metode wawancara tatap muka dengan margin of error 2,9 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar