
"Menurut saya, sama-sama saling memanfaatkanlah, saling menuai manfaat. Jadi PKS itu bisa mengenal lebih banyak orang di luar partai. Harus diakui Amerika maju sekali. Kalau teman-teman Amerika juga tidak melulu memandang PKS kaum konservatif, tapi memahami PKS sebagai [kumpulan] manusia biasa terdiri berbagai latar belakang pemikiran," kata Zul yang pernah mencalonkan diri jadi Wakil Gubernur Banten itu.
Namun, Zul memahami, banyak teman-teman separtainya masih apriori dengan Amerika Serikat atau yang berbau 'Barat'. "Sedikit-sedikit ini rekayasa Israel, rekayasa Yahudi, ini stereotyping seperti itu nggak benar," kata Zul.
Cara pandang ini, menurut Zul, untuk mengubahnya pelan-pelan, mungkin dengan kerja sama, saling berinteraksi itu akan menemukan kesepahaman bahwa tidak boleh mengklaim diri paling suci, paling benar. "Anasir kebaikan itu ada di mana-mana, PKS tidak boleh menjadikan dirinya centre of the world," kata Zul yang pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia itu.
Dan Zul mengaku, kini kerap berperan sebagai jembatan antara PKS dengan dunia 'Barat' seperti dengan pihak Amerika Serikat. "Radikalisme itu tidak bisa menyelesaikan masalah, justru tidak mendapat tempat," kata Zul yang mengenyam sekolah menengah atas di Australia selama setahun itu. (sj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar