Sikap elegan PKS terhadap kasus hukum
Ada pertanyaan cukup menggelitik dari bung Effendi
Ghazali kepada bung Anis Matta dalam acara “Gestur” TVone tadi malam.
Mengapa sepertinya PKS ”tega” membiarkan Lutfi Hasan Ishak bergelut
sendiri dengan kasusnya tanpa diberi perhatian yang memadai, menurut
Effendi Ghazali. Mungkin Effendi melihat ini berbeda dengan kejadian di
partai lain dimana para kolega2nya di partai tsb ramai2 mengunjungi sang
“tersangka” dan membuat pernyataan kepada pers dan masyarakat yang
intinya memberikan semangat dan dukungan.
Para petinggi dan kader2 PKS di parlemen memang terkesan menutup mulutnya rapat2 bila diminta konfirmasinya oleh wartawan tentang kasus LHI ini. Dan bung Anis pun dengah tegas menyatakan bahwa masalah ini adalah masalah hukum dan biarkanlah proses hukum yang menentukan alur ceritanya. Dan PKS sudah menyerahkan persoalan ini kepada kuasa hukum LHI.
Effendi Ghazali bahkan mengatakan, apakah ini tidak terlalu “kejam” terhadap LHI…? Membiarkan beliau sendirian di Guntur tanpa menjenguknya sekalipun (setidaknya sampai saat ini). Dan ini ditimpali pula oleh presenter bahwa sepertinya LHI dijadikan semacam martir oleh PKS. Bung Anis hanya menjawab pendek saja (mungkin memang durasi TVone yg terlalu singkat), “bisa jadi ini adalah yang terbaik dalam menyelesaikan kasus beliau (LHI)”.
Cukup menarik memang melihat bagaimana PKS menangani prahara yang sedang menimpanya. Dan jawabannya mungkin bisa ditelaah pada pernyataan Anis Matta sebelumnya, bahwa PKS tidak ingin berlarut-larut dalam mencari jawaban tentang siapa yang melakukan “konspirasi”. Tidak ada waktu untuk mencari siapa yang bersalah dan patut dipersalahkan dengan kasus ini. Bahwa ini adalah sebuah prahara dan sedikti banyak menurunkan semangat dan menjatuhkan mental para kader tentu tidak bisa dinafikan. Tapi yang terpenting adalah bagaimana melewati prahara ini dan menjadikannya energi untuk bangkit kembali. Ini adalah kewajiban yang harus diutamakan.
Well, sampai di sini, dan kenyataan yang ada sekarang, sikap PKS dalam menghadapi krisis patut diapresiasi. Memisahkan masalah hukum dan politik memang harus dilakukan dalam tatanan praktis bukan sekedar retorika belaka. Bukan berarti membiarkan saja persoalan anggota organisasi yang terkena masalah berjuang sendirian tanpa ada dukungan moril dan juga bukan masalah “kejam” tidak “kejam”. Ini menujukkan bahwa persoalan figur, walau penting, tidak terlalu menjadi acuan di PKS. Bahkan seorang Presidan Partai sekalipun yang notabene adalah orang “terbaik” dalam organisasi. Ini adalah kelemahan sekaligus kekuatan PKS. Dan sampai saat ini kekuatanlah yang menang menutupi kelemahannya.
Kita masih melihat di republik ini, betapa para politisi masih gamang memisahkan politik dan hukum. Bahkan banyak di antara mereka yang secara terang-terangan mencampur-adukkan keduanya. Dan PKS, secara elegan telah memberi contoh yang baik dalam persoalan ini. Bravo PKS. Tetap semangat.
*)http://politik.kompasiana.com/2013/03/15/sikap-elegan-pks-terhadap-kasus-hukum-542970.html
Para petinggi dan kader2 PKS di parlemen memang terkesan menutup mulutnya rapat2 bila diminta konfirmasinya oleh wartawan tentang kasus LHI ini. Dan bung Anis pun dengah tegas menyatakan bahwa masalah ini adalah masalah hukum dan biarkanlah proses hukum yang menentukan alur ceritanya. Dan PKS sudah menyerahkan persoalan ini kepada kuasa hukum LHI.
Effendi Ghazali bahkan mengatakan, apakah ini tidak terlalu “kejam” terhadap LHI…? Membiarkan beliau sendirian di Guntur tanpa menjenguknya sekalipun (setidaknya sampai saat ini). Dan ini ditimpali pula oleh presenter bahwa sepertinya LHI dijadikan semacam martir oleh PKS. Bung Anis hanya menjawab pendek saja (mungkin memang durasi TVone yg terlalu singkat), “bisa jadi ini adalah yang terbaik dalam menyelesaikan kasus beliau (LHI)”.
Cukup menarik memang melihat bagaimana PKS menangani prahara yang sedang menimpanya. Dan jawabannya mungkin bisa ditelaah pada pernyataan Anis Matta sebelumnya, bahwa PKS tidak ingin berlarut-larut dalam mencari jawaban tentang siapa yang melakukan “konspirasi”. Tidak ada waktu untuk mencari siapa yang bersalah dan patut dipersalahkan dengan kasus ini. Bahwa ini adalah sebuah prahara dan sedikti banyak menurunkan semangat dan menjatuhkan mental para kader tentu tidak bisa dinafikan. Tapi yang terpenting adalah bagaimana melewati prahara ini dan menjadikannya energi untuk bangkit kembali. Ini adalah kewajiban yang harus diutamakan.
Well, sampai di sini, dan kenyataan yang ada sekarang, sikap PKS dalam menghadapi krisis patut diapresiasi. Memisahkan masalah hukum dan politik memang harus dilakukan dalam tatanan praktis bukan sekedar retorika belaka. Bukan berarti membiarkan saja persoalan anggota organisasi yang terkena masalah berjuang sendirian tanpa ada dukungan moril dan juga bukan masalah “kejam” tidak “kejam”. Ini menujukkan bahwa persoalan figur, walau penting, tidak terlalu menjadi acuan di PKS. Bahkan seorang Presidan Partai sekalipun yang notabene adalah orang “terbaik” dalam organisasi. Ini adalah kelemahan sekaligus kekuatan PKS. Dan sampai saat ini kekuatanlah yang menang menutupi kelemahannya.
Kita masih melihat di republik ini, betapa para politisi masih gamang memisahkan politik dan hukum. Bahkan banyak di antara mereka yang secara terang-terangan mencampur-adukkan keduanya. Dan PKS, secara elegan telah memberi contoh yang baik dalam persoalan ini. Bravo PKS. Tetap semangat.
*)http://politik.kompasiana.com/2013/03/15/sikap-elegan-pks-terhadap-kasus-hukum-542970.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar